Oleh: Lisa Permisasari, S.Kep, NS
A.
PENGERTIAN
Kebersihan (hygiene) diri
memberikan rasa kenyamanan dan relaksasi, meningkatkan harga diri, dan
kesehatan. Kebersihan klien memberikan perlindungan yang cukup baik terhadap
mekanisme pertahanan tubuh. Kebersihan kulit dan membran mukos adalah barier
pertama dari kuman. Perawat memiliki tanggung jawab dalam mempertahankan
kebutuhan kebersihan diri/personal hygiene klien. Tipe dari perawatan yang
diberikan tergantung pada kemampuan dan kebutuhan klien.
Macam – macam Personal Hygiene:
1.
Perawatan kulit kepala & rambut
2.
Perawatan mata
3.
Perawatan hidung
4.
Perawatan telinga
5.
Perawatan kuku kaki dan tangan
6.
Perawatan genetalia
7.
Perawatan kulit seluruh tubuh
8.
Perawatan tubuh secara keseluruhan
Tujuan perawatan Personal Hygiene:
1.
meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2.
memelihara kebersihan diri seseorang
3.
memperbaiki personal hygiene yang kurang
4.
pencegahan penyakit
5.
meningkatkan percaya diri seseorang
6.
menciptakan keindahan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Personal Hygiene:
Kebutuhan personal hygiene
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya body image, praktik sosial,
pilihan personal, status sosial ekonomi, budaya, pengetahuan, dan kondisi fisik.
1.
Body image
gambaran
individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri , misalnya karena
adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
2.
Praktik sosial
pada
anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pola Personal Hygiene
3.
Status sosioekonomi
Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
4.
Pengetahuan
pengetahuan
Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita Diabetes Melitus ia
harus selalu menjaga kebersihan kakinya.
5.
Budaya
di
sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan
6.
Kebiasaan seseorang
ada
kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri,
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain
7.
Kondisi fisik
pada keadaan sakit tentu kemampuan untuk merawat
diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya
B.
NILAI-NILAI NORMAL
Tingkat
kemampuan klien melakukan self care:
0 = mandiri
1 = membutuhkan bantuan
alat
2 = membutuhkan bantuan
orang lain
3 = membutuhkan bantuan
alat dan orang lain
4 = tergantung total
Dampak yang
sering timbul pada masalah Personal Hygiene :
1.
Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang
karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik
yang sering terjadi adalah gangguan intregritas kulit, gangguan membran mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku
2.
Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan
harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial
C.
HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN YANG MENGALAMI
GANGGUAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI
1. Riwayat
keperawatan
·
Kebiasaan personal hygiene (mandi, oral care,
perawatan kuku dan kaki, perawatan rambut, mata, hidung, telinga, dan perineal
care)
·
Faktor yang mempengaruhi personal hygiene
·
Riwayat masalah membran mukosa, kulit, mulut,
hidung, telinga, kuku, kaki, rambut dan perineal
·
Pola kebersihan tubuh
·
Perlengkapan personal hygiene yang
dipakai
2. Pemeriksaan
fisik
·
Catat perubahan-perubahan pada area membran
mukosa, kulit, mulut, hidung, telinga, kuku, kaki, rambut dan perineal akibat
terapi
·
Lakukan inspeksi dan palpasi, catat adanya lesi
dan kodisi lesi
·
Observasi kondisi membran mukosa, kulit, mulut,
hidung, telinga, kuku, kaki, rambut dan perineal: warna, tekstur, kekebalan,
turgor dan hidrasi
·
Kaji masalah-masalah membran mukosa, kulit,
mata, mulut, gigi, hidung, telinga, kuku
kaki dan tangan, rambut dan perineal.
3. Kemampuan
melakukan self care
Kaji
tingkat kemampuan klien melakukan self care:
0 = mandiri
1 = membutuhkan bantuan
alat
2 = membutuhkan bantuan
orang lain
3 = membutuhkan bantuan
alat dan orang lain
4 = tergantung total
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene
·
Gambaran diri
·
Kebiasaan sosial
·
Status sosial ekonomi
·
Pengetahuan
·
Budaya
·
Kondisi fisik/status kesehatan
·
Pilihan individu
·
Praktek spiritual
·
Tingkat perkembangan
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit
perawatan diri (mandi, makan, berpakaian, toileting)
2. Gangguan
integritas kulit
3. Gangguan
membran mukosa mulut / oral
III.
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1.
Defisit perawatan diri (mandi, makan,
berpakaian, toileting)
NOC
: Perawatan diri ADL
kriteria hasil, klien secara mandiri mampu:
§
Makan.
§
Berganti pakaian.
§
Toileting.
§
Mandi.
§
Merawat diri.
§
Menjaga kebersihan diri.
§
Menjaga kebersihan mulut.
NIC :
-
Monitor
kemampuan klien dalam melakukan ADL secara mandiri.
-
Monitor
kebutuhan klien akan alat bantu dalam melakukan ADL.
-
Sediakan
peralatan-peralatan pribadi yang dibutuhkan klien (seperti deodoran, pasta
gigi, dan sabun mandi).
-
Bantu
klien dalam melakukan ADL sampai klien mampu melakukannya dengan mandiri.
-
Dorong
klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuannya.
-
Dorong
klien untuk mandiri, tetapi bantu klien bila klien tidak bisa melakukannya
sendiri.
-
Ajari
keluarga untuk mendorong kemandirian klien, dan hanya membantu jika klien tidak
mampu melakukannya sendiri.
-
Lakukan perawatan diri secara rutin.
2.
Gangguan integritas kulit
NOC : Integritas kulit
membran mukosa dan kulit
kriteria hasil :
§ temperatur kulit dalam batas normal (dbn)
§ Sensasi kulit dbn
§
Elastisitas kulit dbn
§
Hidrasi kulit dbn
§
Pigmentasi kulit dbn
§
Perspirasi kulit dbn
§
Warna kulit dbn
§
Tekstur kulit dbn
§
Kulit terbebas dari lesi
§
Perfusi kulit yang adekuat
§
Memiliki kulit yang utuh
NIC: Observasi kulit, Perawatan luka
-
Observasi keadaan ekstremitas terhadap warna,
kehangatan, tekstur, nadi, edema, ulkus, bengkak.
-
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap adanya
kemerahan, suhu yang tinggi, atau drainasi.
-
Monitor area kulit yang kemerahan dan rusak.
-
Monitor terjadinya infeksi terutama pada area edema.
-
Monitor kulit dan membran mukosa pada area yang
mengalami kemerahan dan luka.
-
Monitor kulit terhadap adanya ruam dan abrasi.
- Monitor kulit terhadap kondisi kering atau
lembab yang berlebihan.
-
Monitor warna dan suhu kulit.
-
Catat perubahan terhadap kulit atau membran mukosa.
-
Minta keluarga untuk melaporkan bila ada kerusakan pada
kulit.
3.
Gangguan membran mukosa oral
NOC:
Kesehatan mulut
kriteria hasil :
§
Memiliki mulut yang bersih
§
Memiliki gigi yang bersih
§
Memiliki gusi yang bersih
§
Memiliki lidah yang bersih
§
Memiliki bibir yang lembab
§
Memiliki mukosa oral dan lidah yang lembab
§
Mempertahankan integritas mukosa oral
§
Mempertahankan integritas lidah
§
Mempertahankan integritas gigi
§
Memiliki bau mulut yang normal
§
Bebas dari perdarahan.
NIC:
- Dorong
klien untuk melakukan perawatan mulut secara rutin
- Monitor
mukosa oral.
- Dorong klien untuk mengunjungi dokter gigi
secara rutin.
- Berikan lubrikasi untuk melembabkan mukosa
oral dan bibir.
- Monitor
gigi terhadap warna dan adanya debris.
- Dorong dan bantu klien untuk membersihkan
mulut.
- Dorong
dan bantu klien untuk membersihkan mulut sesudah makan dan sesering mungkin
bila dibutuhkan.
- Konsultasikan dengan dokter bila ada
iritasi dan ketidaknyamanan pada mulut klien.
- Fasilitasikan klien untuk menggosok
giginya.
- Bantu
klien merawat gigi
IV.
DAFTAR PUSTAKA.
-
Sue and Patricia, 2002 Fundamentals Of Nursing Standards and Practices second edition [serial
online] diakses 15 Agustus 2009. Website URL http://delaune.DelmarNursing.com
-
Nanda. 2005. Nursing
Diagnosis: Definition & Classification, 2005-2006, North American
Nursing Diagnosis Association, Philadelphia
-
Nursing Intervention Classification (NIC)
-
Nursing Outcome Classificatin (NOC)
No comments:
Post a Comment