Thursday, September 13, 2012

KLIEN DENGAN MENARIK DIRI



ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MENARIK DIRI

Oleh: Lisa Permitasari, S.Kep, Ns

1.      Definisi
a.       Menarik diri termasuk isolasi adalah suatu tindakan melepaskan diri dari alam sekitar, individu tidak ada minat dan perhatian terhadap lingkungan sosial secara langsung. (Maramis, WF., 1998).
b.      Caplan et. al, (1997) mengemukakan individu yang menarik diri dari lingkungan umumnya mempunyai gangguan konsep diri dan proses pikir serta menunjukkan tingkah laku dan sikap dari isolasi sebagai pembelaan psikologik.
2.      Rentang Respon Neurobiologis


3.      Faktor Predisposisi dan Presipitasi
a.       Faktor Predisposisi
1)      Individu sendiri
Penyebab yang diketemukan bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh dapat di turunkan oleh orang tuanya. Penyebab yang lama diketahui bahwa gangguan atau seperti trauma kepala, encepalitis, neoplasma dan lain-lain, menyebabkan gangguan kepribadian.
2)      Lingkungan, dapat berasal dari:
a)      Orang tua atau saudara: sikap orang tua yang paling penting bagi perkembangan kepribadian misal, ibu yang neurotik atau psikotik tidak dapat mengadakan hubungan antara orang tua dan anaknya dengan baik, orang tua seperti ini bersifat menolak pada anaknya.

b)     Orang lain dalam rumah: dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak, contoh nenek yang memanjakan cucunya.
c)      Keadaan ekonomi: gangguan ekonomi lebih sering di dapatkan dari golongan sosial tinggi dan rendah.
3)      Riwayat gangguan jiwa sebelumnya
4)      Riwayat pengobatan sebelumnya
5)      Riwayat keluarga
6)      Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
b.      Faktor Presipitasi
1)      Kesehatan: gizi buruk, kurang tidur, irama sirkardian tidak seimbang dan keletihan
2)      Lingkungan: lingkungan yang penuh kritik, kehilangan kemandirian dalam kehidupan, kesukaran interpersonal, gangguan dalam hubungan interpersonal, isolasi sosial dan dukungan sosial yang kurang, tekanan pekerjaan, kemiskinan dan stigmatisasi
3)      Sikap atau perilaku: konsep diri rendah, kurang percaya diri, kehiolangan motivasi menggunakan ketrampilan, demoralisasi, tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual, ketrampilan social kurang, perilaku agresif, perilaku kekerasan, penatalaksanaan pengobatan kurang dan penatalaksanaan gejala yang kurang
4.      Tanda dan Gejala
a.       Cara berpikir autistik, regresi
Klien mengakui ketidakmampuan dalam mengadakan hubungan dengan orang lain atau lingkungan sekitar secara wajar dan hidup dalam khayalan sendiri yang tidak sesuai dengan realistik, klien menarik diri. Komunikasi verbal dan non verbal menurun, perilaku stereotipi, mekanisme ketergantungan jiwa bertambah tidak semangat lagi.
b.      Katatonik
Segala sesuatu yang terjadi di sekelilingnya tetapi tidak memberi reaksi pada saat itu.
c.       Katatonik Stupor
Klien menunjukkan gejala negatif yaitu menolak secara aktif terhadap semua pengaruh yang bertujuan merubah sikap dan tingkah laku.
d.      Katatonik eksitasi
Klien menunujukkan sikap tubuh tertentu dalam waktu yang lama.
e.       Tidak dapat mengendalikan tingkah laku, padahal seharusnya dapat dikoreksi dengan adanya pengaruh realitas.
f.       Tidak mampu membedakan simbol yang biasa digunakan oleh masyarakat dengan benda yang disimbolkan sendiri oleh pasien.

5.      Masalah Yang Perlu Di Kaji
Perlu ditegakkan sejarah sosial dimana perlindungan atau batas-batas antara identifikasi, kebisaan berhubungan dengan yang lain. Faktor fisiologi, psikologi dan sosial budaya adalah pencetus ketidakmampuan individu untuk berkembang dan memelihara hubungan dengan orang lain.
a.       Data subyektif : meliputi ekspresi perasaan sendiri, tidak ada keinginan untuk kontak dengan sesama, kehilangan orang yang dekat, memiliki tameng untuk berhubungan dengan orang lain, perubahan dalam rencana hidup dan support system yang adekuat.
b.      Data obyektif : berfokus pada pembatasan fisik, ketidakmampuan dan issue di masyarakat.
c.       Faktor pengkajian yang mempengaruhi hubungan interaksi sosial :
1)       Faktor Prediposisi
a)    Faktor tumbuh kembang: kasus perkembangan terganggu misal : saat klien masih kecil terlalu dibebani oleh orang tuanya.
b)    Faktor komunikasi dalam keluarga: komunikasi tidak jelas, ekspresi emosi meningkat dan pola asuh keluarga.
c)    Faktor sosial budaya  dan biologis: isolasi sosial dan otak skizofrenia
2)       Faktor Presipitasi
a)   Struktur sosial budaya: keluarga yang labil, perpisahan dengan orang yang terdekat, perceraian
b)   Hipotesa Virus
c)   Stres Psikologis
d)  Adanya kecemasan berat
3)       Faktor Perilaku
a)      Tingkah laku yang berhubungan dengan curiga: tidak percaya pada orang lain, bermusuhan, mengisolasi diri, paranoid.
b)      Tingkah laku yang berhubungan dengan ketergantungan: asertif kurang, harga diri turun, motivasi menurun.
c)      Tingkah laku yang berhubungan dengan body image: percobaan bubuh diri, tidak tahan sendiri, depresi, prestasi menurun.
Disamping itu juga, penenemuan karakteristik:
  1. Data fisik atau ketrampilan mental atau perubahan status kesehatan.
  2. Kurang perhatian dan aktivitas untuk tahap pertumbuhan mental dan usia.
c.    Sedih atau apek dangkal.
d.   Tidak adanya support/ dukungan dari orang lain (keluarga, teman atau kelompok sosial).
e.    Menarik diri dan ketidakmampuan atau gangguan dalam komunikasi.
f.    Ketidakmampuan mengekspresikan atau kehilangan tujuan hidup.
g.   Tingkah laku sulit menerima orang lain.
h.   Tidak ada kontak mata.
i.     Menyendiri.
  1. Isolasi dalam tingkah laku pilihan.
  2. Ketidakmampuan mengekspresikan perasaan kesendirian dengan orang lain.
  3. Ekspresi menjadi “berbeda” dan ketidak mampuan untuk bertemu dengan yang lain.
  4. Gangguan dalam situasi sosial.
6.      Diagnosa Keperawatan Yang Lazim Terjadi
  1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan  gangguan konsep diri.
  2. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
  3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan persepsi atau kognitif.
7.      Rencana Keperawatan
  1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan  gangguan konsep diri.
NOC : - Ketrampilan Sosial
- Suport sosial
NIC :
1.   Modifikasi perilaku: ketrampilan sosial
a.       Bantu pasien mengidentifikasi masalah dari kurangnya ketrampilan sosial.
b.      Dukung pasien untuk memverbalisasikan perasaannya berkaitan dengan masalah interpersonal.
c.       Bantu pasien mengidentifikasi hasil yang diinginkan dalam hubungan interpersonal atau situasi yang problematik.
d.      Bantu pasien mengidentifikasi kemungkinan tindakan dan konsekuensi dari hubungan interpersonal/ sosialnya.
e.       Identifikasi ketrampilan sosial yang spesifik yang akan menjadi fokus training.
f.       Bantu pasien mengidentifikasi step tingkah laku untuk mencapai ketrampilan sosial.
g.      Sediakan model yang menunjukkan step tingkah laku dalam konteks situasi yang berarti bagi pasien.
h.      Bantu pasien bermain peran dalam step tingkah laku.
i.        Sediakan umpan balik (penghargaan atau reward) bagi pasien jika pasien mampu menunjukkan ketrampilan sosial yang ditargetkan.
j.        Dukung pasien dan orang lain yang signifikan untuk mengevaluasi hasil dari interaksi sosial, memberikan reward pada diri sendiri untuk hasil yang positif dan penyelesaian masalah yang hasilnya masih kurang dari yang diharapkan.
2.   Suport sosial.
a.       Dukung pengembangan keterlibatan dalam hubungan yang telah terbina.
b.      Mengajak berbicara hal-hal yang sederhana.
c.       Meningkatkan kesabaran dalam mengembangkan hubungan. Misalnya saat pasien menolak minum obat, perawat tetap sabar.
d.      Meningkatkan hubungan dengan orang yang mempunyai ketertarikan dan tujuan yang sama.
e.       Dukung aktifitas sosial dan komunitas. Misal ada kunjungan pada pasien perawat mengijinkan asal masih wajar, jaga ketenangan di rumah sakit, selama kunjungan itu mempunyai efek terapeutik pada pasien.
f.       Dukung pasien untuk membagi masalah yang dimiliki dengan orang lain. Misal meminta pasien untuk menceritakan apa yang dirasakan dan penyebab terjadi perasaannya itu.
g.      Dukung kejujuran dalam hal menunjukkan jati diri pasien pada orang lain.
h.      Dukung ketertarikan baru secara menyeluruh. Misal mengenalkan pasien pada aktifitas baru dan memfasilitasi jika pasien merasa tertarik.
i.        Memberikan umpan balik tentang kemajuan dalam perawatan mengenai penampilan personal atau aktifitas lain.
j.        Bantu pasien meningkatkan kesadaran mengenai kekuatan dan batasan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Misal bantu pasien mehami kekuatannya dalam berkomunikasi dan batasan-batasan yang dapat diterima dalam berkomunikasi dengan orang lain.
k.      Gunakan bermain peran untuk mempraktekkan peningkatan ketrampilan dan teknik komunikasi.misal perawat memberi contoh cara dan teknik komunikasi dan memberi kesempatan pasien mempraktekkan dalam situasi yang aman (misal drama).
l.        Sediakan model peran yang mengekspresikan marah dengan cara yang tepat. Misal perawat memberi contoh cara menyalurkan marah dengan tepat misal dengan teknik konfrontasi.
m.    Konfrontasi mengenai kerusakan penilaian oleh pasien dengan cara yang tepat. Misal pasien mengira orang lain yang pendiam dianggap mengacuhkan dirinya, maka perawat mengkonfrontasi penilaian tersebut sehingga pasien mempunyai alternatif penilain yang diharapkan tidak membuat pasien tidak nyaman dengan adanya kerusakan penilaian tersebut.
n.      Meminta dan mengharapkan komunikasi nonverbal. Misal dengan perkataan, “apabila anda mau berbincang-bincang dengan saya mungkin kita akan menemukan masalah yang mengganggu pikiran anda”.
o.      Berikan umpan balik positif pada saat pasien mampu memahami hal lain.
p.      Dukung pasien untuk merubah lingkungan, misal dengan jalan-jalan.
q.      Memfasilitasi masukan dari pasien dan perencanaan dan aktifitas di masa depan. Misal, “menurut anda, aktifitas apa yang akan anda lakukan ke depan”.
r.        Dukung rencana grup kecil untuk aktifitas spesial. Misal rekreasi, diskusi bersama.
  1. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
NOC: Harga diri meningkat
NIC : Self esteem enhancement (Peningkatan harga diri)
a.       Monitor pernyataan harga diri pasien
b.      Menentukan lokus kontrols
c.       Menentukan  percaya diri pasien menurut pandangan pasien
d.      Mendukung pasien untuk mengidentifikasi kekuatan
e.       Memperkuat kekuatan pribadi yang dikenal pasien
f.       Menyediakan pengalaman yang meningkatkan otonomi pasien dengan tepat
g.      Membantu pasien untuk mengidentifikasi respon positif dari orang lain
h.      Menahan diri dari kritik negatif
i.        Tunjukkan kepercayaan mengenai kemampuan pasien untuk mengatasi situasi
j.        Membantu menentukan tujuan yang realistik untuk mencapai harga diri yang lebih tinggi
k.      Membantu pasien untuk menerima ketergantungan pada orang lain, dengan tepat
l.        Membantu pasien untuk  memeriksa kembali persepsi negatif tentang diri
m.    Membantu pasien untuk mengidentifikasi pengaruh dari kelompok terhadap harga diri
n.      Mengksplorasi prestasi keberhasilan yang sebelumnya dicapai
o.      Mengeksplorasi alasan untuk mengkritik diri atau merasa bersalah
p.      Mendukung pasien untuk mengevaluasi perilakunya
q.      Berikan penghargaan terhadap kemajuan yang dicapai untuk mencapai tujuan
r.        Memfasilitasi lingkungan dan aktifitas yang akan meningkatkan harga diri
s.       Membantu pasien untuk mengidentifikasi pentingnya budaya, agama, ras, gender dan usia pada harga diri
t.        Memonitor frekuensi dari verbalisasi hal yang negatif terhadap diri
  1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan persepsi atau kognitif.
NOC: Perawatan diri mandiri
NIC: Self-care assistance (bantuan perawatan diri)
a.       Memonitor  kemampuan pasien untuk kemandirian perawatan diri
b.      Memonitor kebutuhan pasien untuk  perlengkapan adaptif untuk kebersihan personal, berpakaian grooming, toileting, dan makan
c.       Menyediakan kebutuhan yang dibutuhkan personal (misalnya deodoran, sikat gigi dan sabun mandi)
d.      Menyediakan bantuan sampai pasien mampu secara penuh melakukan perawatan diri
e.       Membantu pasien menerima kebutuhan ketergantungan
f.       Menggunakan pengulangan konsisten dari kesehatan rutinitas sebagai alat untuk menetapkan aktifitas
g.      Mendukung pasien untuk melakukan aktifitas normal dari kehidupan sehari-hari untuk tingkat dari kemampuan
h.      Mendukung kemandirian, tapi intervensi pada saat pasien tidak dapat melakukan kegiatan
i.        Mengajarkan orang tua atau keluarga untuk mendukung kemandirian, untuk mengintervensi hanya pada saat pasien  tidak  dapat melakukan
j.        Menetapkan rutinitas untuk aktifitas perawatan diri
k.      Mempertimbangkan usia dari pasien dengan mendukung aktifitas perawatan diri

DAFTAR PUSTAKA
Caplan, Harrold I, Sadock BJ. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Widya Medika. Jakarta.
NANDA. 2006. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. The North American Nursing Diagnosis Association. Philadelphia. USA
Stuart, GW., 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. EGC. Jakarta

WF. Maramis. 1998. Catatan Ilmu Kesehatan Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.

No comments:

Post a Comment