ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MENARIK DIRI
Oleh: Lisa Permitasari, S.Kep, Ns
1. Definisi
a. Menarik diri termasuk
isolasi adalah suatu tindakan melepaskan diri dari alam sekitar, individu tidak
ada minat dan perhatian terhadap lingkungan sosial secara langsung. (Maramis, WF., 1998).
b.
Caplan
et. al, (1997) mengemukakan individu
yang menarik diri dari lingkungan umumnya mempunyai gangguan konsep diri dan
proses pikir serta menunjukkan tingkah laku dan sikap dari isolasi sebagai pembelaan
psikologik.
2. Rentang
Respon Neurobiologis
3. Faktor
Predisposisi dan Presipitasi
a. Faktor Predisposisi
1)
Individu sendiri
Penyebab yang diketemukan
bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh dapat di turunkan oleh orang tuanya. Penyebab yang lama diketahui bahwa gangguan atau seperti
trauma kepala, encepalitis, neoplasma dan lain-lain, menyebabkan gangguan
kepribadian.
2)
Lingkungan, dapat berasal dari:
a)
Orang tua atau saudara: sikap orang tua yang paling penting bagi perkembangan
kepribadian misal, ibu yang neurotik atau psikotik tidak dapat mengadakan
hubungan antara orang tua dan anaknya dengan baik, orang tua seperti ini
bersifat menolak pada anaknya.
b)
Orang lain dalam rumah: dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak,
contoh nenek yang memanjakan cucunya.
c)
Keadaan
ekonomi: gangguan ekonomi lebih
sering di dapatkan dari golongan sosial tinggi dan rendah.
3)
Riwayat
gangguan jiwa sebelumnya
4)
Riwayat
pengobatan sebelumnya
5)
Riwayat
keluarga
6)
Pengalaman
masa lalu yang tidak menyenangkan
b. Faktor Presipitasi
1)
Kesehatan:
gizi buruk, kurang tidur, irama sirkardian tidak seimbang dan keletihan
2)
Lingkungan:
lingkungan yang penuh kritik, kehilangan kemandirian dalam kehidupan, kesukaran
interpersonal, gangguan dalam hubungan interpersonal, isolasi sosial dan
dukungan sosial yang kurang, tekanan pekerjaan, kemiskinan dan stigmatisasi
3)
Sikap
atau perilaku: konsep diri rendah, kurang percaya diri, kehiolangan motivasi
menggunakan ketrampilan, demoralisasi, tidak mampu memenuhi kebutuhan
spiritual, ketrampilan social kurang, perilaku agresif, perilaku kekerasan,
penatalaksanaan pengobatan kurang dan penatalaksanaan gejala yang kurang
4. Tanda
dan Gejala
a. Cara berpikir autistik, regresi
Klien mengakui
ketidakmampuan dalam mengadakan hubungan dengan orang lain atau lingkungan
sekitar secara wajar dan hidup dalam khayalan sendiri yang tidak sesuai dengan
realistik, klien menarik diri. Komunikasi verbal dan non verbal menurun,
perilaku stereotipi, mekanisme ketergantungan jiwa bertambah tidak semangat
lagi.
b. Katatonik
Segala sesuatu yang
terjadi di sekelilingnya tetapi tidak memberi reaksi pada saat itu.
c. Katatonik Stupor
Klien menunjukkan gejala
negatif yaitu menolak secara aktif terhadap semua pengaruh yang bertujuan
merubah sikap dan tingkah laku.
d. Katatonik eksitasi
Klien menunujukkan sikap
tubuh tertentu dalam waktu yang lama.
e. Tidak dapat mengendalikan tingkah laku, padahal
seharusnya dapat dikoreksi dengan adanya pengaruh realitas.
f.
Tidak
mampu membedakan simbol yang biasa digunakan oleh masyarakat dengan benda yang
disimbolkan sendiri oleh pasien.
5. Masalah Yang Perlu Di Kaji
Perlu ditegakkan sejarah
sosial dimana perlindungan atau batas-batas antara identifikasi, kebisaan
berhubungan dengan yang lain. Faktor fisiologi, psikologi dan sosial budaya
adalah pencetus ketidakmampuan individu untuk berkembang dan memelihara
hubungan dengan orang lain.
a.
Data
subyektif : meliputi ekspresi perasaan sendiri, tidak ada keinginan untuk
kontak dengan sesama, kehilangan orang yang dekat, memiliki tameng untuk
berhubungan dengan orang lain, perubahan dalam rencana hidup dan support system
yang adekuat.
b.
Data
obyektif : berfokus pada pembatasan fisik, ketidakmampuan dan issue di
masyarakat.
c.
Faktor
pengkajian yang mempengaruhi hubungan interaksi sosial :
1)
Faktor Prediposisi
a)
Faktor tumbuh kembang: kasus perkembangan terganggu misal : saat klien
masih kecil terlalu dibebani oleh orang tuanya.
b)
Faktor komunikasi dalam keluarga: komunikasi tidak jelas, ekspresi emosi meningkat
dan pola asuh keluarga.
c)
Faktor sosial budaya dan biologis: isolasi sosial dan otak skizofrenia
2)
Faktor Presipitasi
a)
Struktur
sosial budaya: keluarga yang labil, perpisahan dengan orang yang terdekat, perceraian
b)
Hipotesa Virus
c)
Stres Psikologis
d) Adanya kecemasan berat
3)
Faktor Perilaku
a)
Tingkah laku yang berhubungan dengan curiga: tidak percaya pada orang lain, bermusuhan,
mengisolasi diri, paranoid.
b)
Tingkah laku yang berhubungan dengan
ketergantungan: asertif kurang, harga diri
turun, motivasi menurun.
c)
Tingkah laku yang berhubungan dengan body image: percobaan bubuh diri, tidak tahan sendiri,
depresi, prestasi menurun.
Disamping itu juga,
penenemuan karakteristik:
- Data fisik atau ketrampilan mental atau perubahan status kesehatan.
- Kurang perhatian dan aktivitas untuk tahap pertumbuhan mental dan usia.
c.
Sedih
atau apek dangkal.
d.
Tidak
adanya support/ dukungan dari orang lain (keluarga, teman atau kelompok
sosial).
e.
Menarik
diri dan ketidakmampuan atau gangguan dalam komunikasi.
f.
Ketidakmampuan
mengekspresikan atau kehilangan tujuan hidup.
g.
Tingkah
laku sulit menerima orang lain.
h.
Tidak
ada kontak mata.
i.
Menyendiri.
- Isolasi dalam tingkah laku pilihan.
- Ketidakmampuan mengekspresikan perasaan kesendirian dengan orang lain.
- Ekspresi menjadi “berbeda” dan ketidak mampuan untuk bertemu dengan yang lain.
- Gangguan dalam situasi sosial.
6. Diagnosa
Keperawatan Yang Lazim Terjadi
- Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan konsep diri.
- Harga diri rendah kronis berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
- Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan persepsi atau kognitif.
7. Rencana
Keperawatan
- Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan konsep diri.
NOC : - Ketrampilan Sosial
- Suport sosial
NIC :
1.
Modifikasi
perilaku: ketrampilan sosial
a.
Bantu
pasien mengidentifikasi masalah dari kurangnya ketrampilan sosial.
b.
Dukung
pasien untuk memverbalisasikan perasaannya berkaitan dengan masalah interpersonal.
c.
Bantu
pasien mengidentifikasi hasil yang diinginkan dalam hubungan interpersonal atau
situasi yang problematik.
d.
Bantu
pasien mengidentifikasi kemungkinan tindakan dan konsekuensi dari hubungan
interpersonal/ sosialnya.
e.
Identifikasi
ketrampilan sosial yang spesifik yang akan menjadi fokus training.
f.
Bantu
pasien mengidentifikasi step tingkah laku untuk mencapai ketrampilan sosial.
g.
Sediakan
model yang menunjukkan step tingkah laku dalam konteks situasi yang berarti
bagi pasien.
h.
Bantu
pasien bermain peran dalam step tingkah laku.
i.
Sediakan
umpan balik (penghargaan atau reward) bagi pasien jika pasien mampu menunjukkan
ketrampilan sosial yang ditargetkan.
j.
Dukung
pasien dan orang lain yang signifikan untuk mengevaluasi hasil dari interaksi sosial,
memberikan reward pada diri sendiri untuk hasil yang positif dan penyelesaian
masalah yang hasilnya masih kurang dari yang diharapkan.
2.
Suport
sosial.
a.
Dukung
pengembangan keterlibatan dalam hubungan yang telah terbina.
b.
Mengajak
berbicara hal-hal yang sederhana.
c.
Meningkatkan
kesabaran dalam mengembangkan hubungan. Misalnya saat pasien menolak minum
obat, perawat tetap sabar.
d.
Meningkatkan
hubungan dengan orang yang mempunyai ketertarikan dan tujuan yang sama.
e.
Dukung
aktifitas sosial dan komunitas. Misal ada kunjungan pada pasien perawat
mengijinkan asal masih wajar, jaga ketenangan di rumah sakit, selama kunjungan
itu mempunyai efek terapeutik pada pasien.
f.
Dukung
pasien untuk membagi masalah yang dimiliki dengan orang lain. Misal meminta
pasien untuk menceritakan apa yang dirasakan dan penyebab terjadi perasaannya
itu.
g.
Dukung
kejujuran dalam hal menunjukkan jati diri pasien pada orang lain.
h.
Dukung
ketertarikan baru secara menyeluruh. Misal mengenalkan pasien pada aktifitas
baru dan memfasilitasi jika pasien merasa tertarik.
i.
Memberikan
umpan balik tentang kemajuan dalam perawatan mengenai penampilan personal atau
aktifitas lain.
j.
Bantu
pasien meningkatkan kesadaran mengenai kekuatan dan batasan dalam berkomunikasi
dengan orang lain. Misal bantu pasien mehami kekuatannya dalam berkomunikasi
dan batasan-batasan yang dapat diterima dalam berkomunikasi dengan orang lain.
k.
Gunakan
bermain peran untuk mempraktekkan peningkatan ketrampilan dan teknik
komunikasi.misal perawat memberi contoh cara dan teknik komunikasi dan memberi
kesempatan pasien mempraktekkan dalam situasi yang aman (misal drama).
l.
Sediakan
model peran yang mengekspresikan marah dengan cara yang tepat. Misal perawat
memberi contoh cara menyalurkan marah dengan tepat misal dengan teknik
konfrontasi.
m.
Konfrontasi
mengenai kerusakan penilaian oleh pasien dengan cara yang tepat. Misal pasien
mengira orang lain yang pendiam dianggap mengacuhkan dirinya, maka perawat
mengkonfrontasi penilaian tersebut sehingga pasien mempunyai alternatif
penilain yang diharapkan tidak membuat pasien tidak nyaman dengan adanya
kerusakan penilaian tersebut.
n.
Meminta
dan mengharapkan komunikasi nonverbal. Misal dengan perkataan, “apabila anda
mau berbincang-bincang dengan saya mungkin kita akan menemukan masalah yang
mengganggu pikiran anda”.
o.
Berikan
umpan balik positif pada saat pasien mampu memahami hal lain.
p.
Dukung
pasien untuk merubah lingkungan, misal dengan jalan-jalan.
q.
Memfasilitasi
masukan dari pasien dan perencanaan dan aktifitas di masa depan. Misal,
“menurut anda, aktifitas apa yang akan anda lakukan ke depan”.
r.
Dukung
rencana grup kecil untuk aktifitas spesial. Misal rekreasi, diskusi bersama.
- Harga diri rendah kronis berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
NOC: Harga diri meningkat
NIC : Self esteem enhancement (Peningkatan harga diri)
a.
Monitor
pernyataan harga diri pasien
b.
Menentukan
lokus kontrols
c.
Menentukan percaya diri pasien menurut pandangan pasien
d.
Mendukung
pasien untuk mengidentifikasi kekuatan
e.
Memperkuat
kekuatan pribadi yang dikenal pasien
f.
Menyediakan
pengalaman yang meningkatkan otonomi pasien dengan tepat
g.
Membantu
pasien untuk mengidentifikasi respon positif dari orang lain
h.
Menahan
diri dari kritik negatif
i.
Tunjukkan
kepercayaan mengenai kemampuan pasien untuk mengatasi situasi
j.
Membantu
menentukan tujuan yang realistik untuk mencapai harga diri yang lebih tinggi
k.
Membantu
pasien untuk menerima ketergantungan pada orang lain, dengan tepat
l.
Membantu
pasien untuk memeriksa kembali persepsi
negatif tentang diri
m.
Membantu
pasien untuk mengidentifikasi pengaruh dari kelompok terhadap harga diri
n.
Mengksplorasi
prestasi keberhasilan yang sebelumnya dicapai
o.
Mengeksplorasi
alasan untuk mengkritik diri atau merasa bersalah
p.
Mendukung
pasien untuk mengevaluasi perilakunya
q.
Berikan
penghargaan terhadap kemajuan yang dicapai untuk mencapai tujuan
r.
Memfasilitasi
lingkungan dan aktifitas yang akan meningkatkan harga diri
s.
Membantu
pasien untuk mengidentifikasi pentingnya budaya, agama, ras, gender dan usia
pada harga diri
t.
Memonitor
frekuensi dari verbalisasi hal yang negatif terhadap diri
- Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan persepsi atau kognitif.
NOC: Perawatan diri mandiri
NIC: Self-care assistance (bantuan perawatan diri)
a.
Memonitor kemampuan pasien untuk kemandirian perawatan
diri
b.
Memonitor
kebutuhan pasien untuk perlengkapan
adaptif untuk kebersihan personal, berpakaian grooming, toileting, dan makan
c.
Menyediakan
kebutuhan yang dibutuhkan personal (misalnya deodoran, sikat gigi dan sabun
mandi)
d.
Menyediakan
bantuan sampai pasien mampu secara penuh melakukan perawatan diri
e.
Membantu
pasien menerima kebutuhan ketergantungan
f.
Menggunakan
pengulangan konsisten dari kesehatan rutinitas sebagai alat untuk menetapkan
aktifitas
g.
Mendukung
pasien untuk melakukan aktifitas normal dari kehidupan sehari-hari untuk
tingkat dari kemampuan
h.
Mendukung
kemandirian, tapi intervensi pada saat pasien tidak dapat melakukan kegiatan
i.
Mengajarkan
orang tua atau keluarga untuk mendukung kemandirian, untuk mengintervensi hanya
pada saat pasien tidak dapat melakukan
j.
Menetapkan
rutinitas untuk aktifitas perawatan diri
k.
Mempertimbangkan
usia dari pasien dengan mendukung aktifitas perawatan diri
DAFTAR PUSTAKA
Caplan, Harrold I, Sadock BJ. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat.
Widya Medika. Jakarta.
NANDA. 2006. Nursing
Diagnoses: Definitions & Classification. The North American Nursing
Diagnosis Association. Philadelphia. USA
Stuart, GW.,
2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi
3. EGC. Jakarta
WF. Maramis. 1998. Catatan Ilmu Kesehatan Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.
No comments:
Post a Comment