Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan seara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan (Townsend, 1998). Perilaku kekerasan atau agresif merupakan
suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseoarang secaa fisik
maupun psikologis (Keliat, 1999).
Amuk atau kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan
lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).
Rasa marah merupakan salah satu ungkapan atau reaksi
perasaan terdadap keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan, misalnya kekecewaan,
ketidak puasan atau tidak tercapainya keinginan. Kadang-kadang
kita sukar menghadapi perasaan marah kita tersebut, apalagi untuk
mengungkapkannya. Akan tetapi seandainya kita tidak mau untuk mengakuinya,
tidak berani menghadapinya dan mencoba untuk berpura-pura tidak marah, perasaan
marah tersebut akan terpendam dalam-dalam, akhirnya mempersulit kehidupan kita
sendiri dan kehidupan orang yang mempunyai hubungan dengan kita. Dengan
mengungkapkan perasaan marah, kita tidak hanya melepaskan perasaan kita, tetapi
juga menolong orang lain untuk mengerti keadaan kita yang sebenarnya.
Tanda dan gejala:
-
Emosi:
tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah, dendam, jengkel, merasa tidak
berguna
-
Fisik:
muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, nafas pendek,
keringat, sakit fisik, tekanan darah meningkat
-
Intelektual:
mendominasi, bowel sarkasme, berdebat, meremehkan
-
Sosial:
menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan humor
-
Spiritual:
kemahakuasaan, kebijakan atau keberanian diri, keraguan, tidak bermoral
Fungsi positif rasa marah
Menurut NOVACO, fungsi positif rasa marah tersebut adalah sebagai berikut:
-
Energizing function: dimana rasa marah tersebut dapat
menambah/meningkatkan tenaga seseorang, contoh : orang mengamuk tenaganya
sangat kuat.
-
Expressive function: yaitu untuk mengekspresikan perasaan
kecewa atau tidak puas.
-
Self Promotional function: yaitu untuk meningkatkan harga
diri, contoh : seseorang marah karena merasa dihina.
-
Defensive function: rasa marah sebagai mekenisme koping,
contoh : seseorang melampiaskan kemarahannya, kemudian akan merasa lega.
-
Pitentiating function: yaitu untuk meningkatkan
kemampuan. Orang yang merasa dihina, kemudian berusaha meningkatkan
kemampuannya dalam berbagai segi. Contoh : orang yang bersaing secara tidak
sehat.
-
Discriminative function: yaitu untuk membedakan seseorang
dalam berbagai keadaan alam perasaan. Contoh : gembira, sedih, jengkel dan
sebagainya.
Rentang respon:
Perasaan marah adalah perasaan normal tiap individu, namum perilaku yang
dimanifestasikan dapat berfungsi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif.
Rentang respon menurut Stuart dan Sundeen (1995):
Respon adaptif Respon
maladptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan
Keterangan:
-
Asertif:
kemarahan yang diungkapkan tanpa mneyakiti orang laindan tidak menimbulakan
masalah
-
Frustasi:
kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistik atau terhambat dan individu
tidak menemukan alternatif lain
-
Pasif:
respin lanjut, dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan
-
Agresif:
perilaku destruktif (memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati
oarang lain dengan ancaman, memberikan kata ancaman)tapi masih terkontrol
-
Kekerasan:
dapat juga disebut amuk, yaitu perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan kontrol individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan
lingkungan atau dapat disebut perilaku destruktif tidak terkontrol
Penyebab:
-
Faktor
predisposisi:
1.
Biologis
Adanya
kerusakan sistem limbik, lbus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan
neurotransmitter
2.
Psikologis
·
Teori
frustasi: kegagalan yang dialami akan menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau amuk
·
Teori
tumbang: masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan seperti perasaan ditolak,
dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan
3.
Perilaku
Reinforcement
yang diterima saat melakuakn kekerasan, sering mengobservasi kekerasan didalam
atau diluar rumah, semua aspek menstimuli individu menghadapi perilaku
kekerasan.
4.
Sosial
budaya
Budaya
tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak
pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku
kekerasan dapat diterima (pasmisive).
-
Faktor
presipitasi
Bersumber dari individu sendiri, lingkungan dan interaksi
dengan orang lain:
1.
Internal
stressor: kelemahan fisik, kehilangan anggota badan, keputusasaan,
ketidakberdayaan, merasa gagal, percaya diri kurang
2.
External
stressor: kehilangan keluarga, mendapat kekerasan, kritikan dari orang lain,
interaksi sosial yang profokatif dan konflik
Pohon masalah:
Resiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Perilaku
Kekerasan/amuk
Core
Problem
Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
(Budiana
Keliat, 1999)
Pengkajian:
Pengkajian
umum meliputi:
-
Faktor
penyebab:
·
Organobiologis
ü
Rwayat
trauma di kepala
ü
Riwayat
penyakit infeksi
ü
Epilepsi,
cancer, dll
·
Psikoedukatif
ü
Pola
asuh
ü
Hubungan
antar orang tua
ü
Hubungan
pasien dengan anggota keluarga yang lain
ü
Kejadian
tidak menyenangkan saat kecil
·
Sosiokultural
ü
Sigma
masyarakat terhadap klien dan keluarga
ü
Pertolongan
pertama saat terjadi perubahan perilaku
-
Faktor
pencetus:
·
Keadaan
keluarga
·
Perceraian
·
Permusuhan
·
Penganiayaan
·
Dll
-
Konsep
diri
·
Gambaran
diri
·
Identitas
diri
·
Ideal
diri
·
Peran
diri
·
Harga
diri
-
Mekanisme
koping individu
-
Mekanisme
koping keluarga
Pengkajian
khusus meliputi:
Perilaku
kekerasan / amuk
1). Data Subyektif
:
·
Klien
mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
·
Klien
suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
·
Riwayat
perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2). Data
Obyektif
·
Mata
merah, wajah agak merah.
·
Nada
suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
·
Ekspresi
marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
·
Merusak
dan melempar barang-barang.
Resiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan
dg faktor resiko Perilaku Kekerasan/amuk
1). Data
Subyektif :
·
Klien
mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
·
Klien
suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
·
Riwayat
perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2). Data Objektif
:
·
Mata
merah, wajah agak merah.
·
Nada
suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
·
Ekspresi
marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
·
Merusak
dan melempar barang-barang.
Koping
keluarga tidak efektif
1). Data Subyektif:
·
Keluarga
menjalani rutinitas biasa tanpa menghormati kebutuhan klien
·
Perilaku
keluarga yang mengganggu kesejahteraan
2). Data obyektif
·
Pengabaian
·
Agresi
·
Agisitas
·
Permusuhan
·
Penolakan
Rencana keperawatan:
|
|||
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
NOC
|
NIC
|
1.
|
Resiko mencederai diri sendiri
|
Control Impuls
Setelah
dilakukan interaksi dengan 3x24 jam, klien dapat mengenal lebih awal
tanda-tanda akan terjadi perilaku kekerasan dengan indikator/ kriteria hasil
:
a.
Klien mampu
menyebutkan tanda-tanda akan melakukan kekerasan, seperti perasaan ingin
marah, jengkel, ingin merusak, memukul, dll
b.
Klien bersedia
melaporkan pada petugas kesehatan saat muncul tanda-tanda kekerasan
c.
Klien melaporkan
kepada petugas kesehatan setiap muncul tanda-tanda akan melakukan kekerasan
|
1.
Bantuan Kontrol Marah (anger control assistance)
a.
Bina hubungan
saling percaya
-
prinsip
komunikasi terapetik
-
pertahankan
sikap yang konsisten : menepati janji, sikap terbuka, kongruen, hindari sikap
non verbal yang dapat menimbulkan kesan negatif.
b.
Observasi
tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.
c.
Bantu klien
mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan :
-
Emosi : jengkel,
marah, persaan ingin merusak/memukul
-
Fisik :
mengepalkan tangan, muka marah, mata melotot, pandangan tajam, rahang tertutup,dsb.
-
Sosial : kasar
pada orang lain
-
Intelektual :
mendominasi
-
Spiritual : lupa
dengan Tuhan
d.
Jelaskan pada
klien rentang respons marah
e.
Dukung dan
fasilitasi klien untuk mencari bantuan saat muncul marah
2.
Latihan Mengontrol Rangsng (Impulse Control Training)
a.
Jelaskan pada
klien manfaat penyluran energi marah
b.
bantu klien
memilih sendiri cara marah yang adaptif
c.
bantu klien
mengambil keputusan untuk mengeluarkan energi marah/perilaku kekerasan yang
adaptif
d.
beri kesempatan
pada klien untuk mendiskusikan cara yang dipilihnya
e.
anjurkan klian
mempraktikkan cara yang dipilihnya
f.
beri kesempatan
pada klien untuk mendiskusikan cara yang telah
g.
dipraktikan
h.
evaluasi
perasaan klien tentang cara yang dipilih dan telah dipraktikkan
|
2.
|
Resiko mencederai orang lain
|
Agresion control
Setelah
dilakukan interaksi dengan 3x24 jam, klien dapat mengontrol perilaku
kekerasan dengan indikator/ kriteria hasil:
-
Menahan diri
dari emosi secara verbal
-
Menahan diri
dari membahayakan diri sendiri
-
Menyalurkan
energi/ perasaan negatif dengan cara yang tepat
|
1.
Behaviour management: self harm
a.
Kaji motivasi
dari pasien
b.
Administer obat
c.
Ikat pasien,
bila perlu
2.
Manajemen Lingkungan (environmental Manajemen)
a.
Jauhkan barah yang dapat membahayakan klien
dan dimanfaatkan klien.
b.
Lakukan
pembatasan (seklusi) terhadap perilaku kekerasan klien baik perilaku verbal
maupun non verbal agar tidak menyakiti atau melukai orang lain.
c.
Tempatkan klien
pada lingkungan yang restrictive (isolasi : untuk observasi)
d.
Diskusikan
bersama keluarga tentang tujuan tindakan seklusi
|
3.
|
Koping keluarga tidak efektif
|
Family Coping
Setelah dilakukan interaksi dengan
3x24 jam, keluarga dapat memanage stressor dengan indikator/ kriteria hasil:
-
Mengatasi
masalah keluarga
-
Mengexpresikan
perasaan diantara anggota keluarga
-
Menentukan
prioritas
-
Memutuskan
perawatan
-
Membantu
perawatan
-
Memberikan
dukungan sosial
|
Libatkan keluarga dalam perawatan/penanganan klien (family movilization)
a.
Identifikasi
peran, kultur, dan situasi keluarga dalam pengaruhnya teryadap perilaku klien
b.
Berikan
informasi yang tepat tentang penanganan klien dengan perilaku marah/kekerasan
c.
Ajarkan
ketrampilan koping efektif yang digunakan untuk pengangan klien
marah/perilaku kekerasan
d.
Bantu keluarga
memilih/menentukan bantuan dalam menghadapi klien marah/perilaku kekerasan
e.
Berikan
konseling pada keluarga
f.
Fasilitasi
pertemuan keluarga dengan career/pemberi perawatan
g.
Beri kesempatan
pada keluarga untuk mendiskusikan cara yang dipilih
h.
Anjurkan kepada
keluarga untuk menerapkan cara yang dipilih.
|
Daftar Pustaka:
NANDA
International. 2012.
Nursing Diagnoses: Definitions and
Clasification 2012-2014.
Philadelphia: NANDA International.
Iowa
Outcomes Project. 2009.
Nursing Outcome Classification (NOC): Second Edition. Missouri: Mosby, Inc.
Iowa Outcomes Project. 2009. Nursing Intervention Classification (NIC): Forth Edition.
Missouri: Mosby – Year Book, Inc.
No comments:
Post a Comment