Oleh: Lisa Permitasari, S.Kep, Ns
A.
DEFINISI
Oksigenasi adalah proses
pengangkutan oksigen ke jaringan tubuh dan sel. Dan respirasi adalah proses pertukaran
gas antara individu dan lingkungan.
Respirasi sangat dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan, karena
oksigen sangat diperlukan oleh sel. Sistem respirasi terdiri dari organ-organ
pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri dari
dinding dada, otot-otot pernafasan, diafragma, dinding abdomen dan pusat
pernapasan di otak. Ada 3 langkah dalam proses oksigenasi yaitu:
1.
Ventilasi, merupakan proses keluar masuknya
udara dari dan ke paru-paru, jumlahnya sekitar 500 ml. udara yang masuk dan
keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara intrapleura dengan
tekanan atmosfer, dimana saat inspirasi tekanan intrapleura lebih negatif
daripada tekanan atmosfer sehingga udara akan masuk ke alveoli. Kepatenan
ventilasi tergantung pada : kebersihan jalan nafas, adekuatnya sistem saraf
pusat dan pusat pernafasan, adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru,
dan kemampuan otot-otot pernafasan (diafragma, ekstrenal interkosta, interna
interkosta dan otot abdominal)
2.
Perfusi paru adalah gerakan darah yang
melewatio sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam
arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru
bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida.
3.
Difusi, difusi udara respirasi terjadi
antara aveolus dan membran kapiler. Oksigen terus menerus berdifusi darai udara
dalam alveoli ke dalam aliran darah dan karbondioksida terus berdifusi dari
darah ke dalam alveoli.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan oksigen antara lain:
1.
Faktor fisiologi
a.
Menurunnya pengikatan oksigen seperti anemia
b.
menurunnya konsentrais oksigen yang diinspirasi
c.
hipovolemia sehingga tekanan darah menurun
mengakibatkan transpor oksigen terganggu.
d.
Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam,
ibu hamil, luka dll.
e.
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada
seperti kehamilan, obesitas, TBC paru.
2.
Faktor perkembangan
a.
Bayi prematur à kebutuhan oksigen
meningkat disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
b.
Bayi dan toddler à ada risiko infeksi
saluran pernafasan akut yang menyebabkan kebutuhan oksigen meningkat.
c.
Anak usia sekolah dan remaja à ada risiko infeksi
saluran nafas dan merokok.
d.
Dewasa muda dan pertengahan à diet yang tidak sehat,
kurang aktivitas dan stres mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
e.
Dewasa tua à adanya proses penuaan
yang mengakibatkan kemungkinan elastisitas menurun dan ekspansi paru menurun.
3.
Faktor perilaku
a.
Nutrisi, misalnya pada obesitas menyebabkan penurunan
ekspansi paru, gizi buruk menyebabkan anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang.
b.
Latihan, latihan akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c.
Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah perifer dan koroner.
d.
Konsumsi alkohol dan obat-obatan akan menyebabkan
intake nutrisi (Fe) menurun sehingga mengakibatkan penurunan hemoglobin.
e.
Kecemasaan, akan menyebabkan metabolisme meningkat
sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
4.
Faktor lingkungan : tempat kerja yang
berpolusi, suhu lingkungan, dan ketinggian tempat dari permukaan laut.
Perubahan
Fungsi pernafasan
1.
Hiperventilasi, merupakan upaya tubuh dalam
meningkatkan jumlah oksigen dalam paru-paru agar penafasan lebih cepat dan
dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan oleh kecemasan, infeksi/sepsis,
keracunan obat-obatan dan ketidakseimbangan asam basa (asidosis metabolik).
Tanda dan gejala hipeventilasi yaitu takikardi, nafas pendek, nyeri dada,
menurunnya konsentrasi, disorientasi dan tinnitus.
2.
Hipoventilasi, terjadia ketika ventilasi
alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan oksigen tubuh atau untuk
mengeluarkan karbondioksida dengan cukup. Biasanya terjadi pada kolaps paru.
Tanda dan gejala hipoventilasi yaitu nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorinetasi,
ketidakseimbangan elektrolit. Kejang dan kardiak arrest.
3.
Hipoksia yaitu tidak adekuatnya pemenuhan
oksigen seluler akibat defisiensi oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya
penggunaan oksigen apda tingkat seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh
menurunnya hemoglobin, berkurangnya konsentrasi oksigen, keracunan sianida,
menurunnhya difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah seperti pneumonia, syok,
dan gannguan ventialsi. Tanda dan gejala hipoksia yaitu kelelahan, cemas, nadi
meningkat, pernafasan cepat dan dalam, sianosis, sesak nafas dan clubbing
finger.
Beberapa metode pemberian oksigen:
1.
Low flow oxygen system
Hanya
menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien. Pada umumnya sistem ini
lebih nyaman untuk pasien tetapi pemberiannya bervariasi menurut pola
pernafasan pasien.
2.
High flow oxygen system
Menyediakan
udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian oksigen dilakukan dengan
konsisten, teratur, teliti dan tidak bervariasi dengan pola pernafasan pasien.
Masalah Yang berhubungan dengan fungsi
respirasi
a. PERUBAHAN
POLA NAFAS.
Respirasi normal ( eupnea ) : diam, ritmic, dan sedikit usaha
-
Tachypnea → nafas yang cepat, dijumpai
pada demam, asidosis metabolik, nyeri, hipercapnea, anoxemia ( penurunan O2
dalam darah ).
-
Bradypnea → nafas yang lambat, dijumpai
pada pasien yang mendapat morphie sulfat (penyebab depresi respirasi ),
asidosis metabolik, dan pasien dengan PTIK (peningkatan tekanan intrakranial, →
injuri otak ).
-
Hyperventilasi → jumlah udara dalam
paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi elveoli, sebab jumlah udara
dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti bahwa CO2 yang dieliminasi
lebih dari yang diproduksi → menyebabkan peningkatan rata – rata dan kedalaman
pernafasan.
-
Hypoventilasi → ketidakcukupan
ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan tubuh), sehingga CO2
dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat terjadi sebagai akibat
dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari beberapa
obat.
Ritme respirasi abnormal yaitu :
-
Cheyne Stokes → bertambah dan
berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang sangat dalam, lambat dan
akhirnya diikuti periode apnea, o.k gagal jantung kongestif, PTIK, dan
overdosis obat.
-
Kussmaul’s ( hyperventilasi ) →
peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit.
Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
-
Apneustic → henti nafas , pada gangguan
sistem saraf pusat
-
Biot”s → nafas dangkal,
mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan gangguan sistem saraf pusat.
-
Kesulitan bernafas disebut dyspnea.
b.
HYPOXIA
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan. Hal ini berhubungan dengan 3 bagian / proses respirasi, yaitu : ventilasi, difusi gas, atau transport gas oleh darah, dan dapat disebabkan oleh satu atau lebih perubahan kondisi pada proses tersebut. Pada tempat yang tinggi, tekanan partial oksigen turun, karena itu tekanan partial alveoli dan arteri menurun → disebut hypoxic hypoxia. Penyebab lain hipoxia adalah hipoventilasi yaitu ketidakcukupan ventilasi alveoli oleh karena penurunan volume tidal. Penurunan volume tidal ( sebagai contoh , pada penyakit otot respirasi, obat – obatan, atau analgesik ), carbondioksida sering terakumulasi dalam darah. Hipoxia dapat berkembang ketika kemampuan paru untuk mendifusikan oksigen ke dalam darah arteri menurun, seperti pada edema pulmonaer, atau akibat dari masalah pembebasan oksigen ke jaringan.
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan. Hal ini berhubungan dengan 3 bagian / proses respirasi, yaitu : ventilasi, difusi gas, atau transport gas oleh darah, dan dapat disebabkan oleh satu atau lebih perubahan kondisi pada proses tersebut. Pada tempat yang tinggi, tekanan partial oksigen turun, karena itu tekanan partial alveoli dan arteri menurun → disebut hypoxic hypoxia. Penyebab lain hipoxia adalah hipoventilasi yaitu ketidakcukupan ventilasi alveoli oleh karena penurunan volume tidal. Penurunan volume tidal ( sebagai contoh , pada penyakit otot respirasi, obat – obatan, atau analgesik ), carbondioksida sering terakumulasi dalam darah. Hipoxia dapat berkembang ketika kemampuan paru untuk mendifusikan oksigen ke dalam darah arteri menurun, seperti pada edema pulmonaer, atau akibat dari masalah pembebasan oksigen ke jaringan.
Tanda – tanda klinik
hipoxia :
Tanda – tanda Akut dan Kronik Hipoxia :
c. OBSTRUKSI
JALAN NAFAS
Obstruksi partial atau seluruh jalan nafas bisa terjadi pada saluran
nafas atas maupun bawah. Obstruksi saluran nafas atas bisa disebabkan oleh
benda asing, sperti makanan, lidah jatuh ke belakang ( pada pasien tidak sadar
), penumpukan sekret pada jalan nafas. Obstruksi jaan nafas bawah bisa terjadi
pada bronkhial dan paru – paru.
B.
NILAI-NILAI NORMAL
Parameter
|
Nilai
normal
|
Tidal Volume (TV)
Volume Cadangan Inspirasi (VCI)
Volume Cadangan Ekspirasi (VCE)
Volume Residu
Kapasitas Inspirasi (KI)
Kapasitas Residu Fungsional (KRF)
Kapasitas Vital
Kapasitas Total Paru
|
500
cc
3000
ml
1100
ml
1200
ml
3500
ml
2300
ml
4600
ml
5800
ml
|
BGA ( Blood Gas Analysa )
-
PCO2 : 35 – 45 mm Hg
-
PO2 : 80 – 100 mm Hg
-
pH : 7,35 – 7,45
C.
PENGKAJIAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
Beberapa hal yang perlu dikaji oleh
perawat dalam hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi antara lain:
@ Riwayat
keperawatan:
Riwayat
penyakit pernafasan, kardiovaskuler
Kondisi
rumah dan lingkungannya
Gaya hidup
: merokok, penggunaan obat-obatan
Riwayat
alergi
Riwayat
kesehatan keluarga
Status
sosial ekonomi: Riwayat pekerjaan, aktivitas kegemaran
@ Masalah
kesehatan saat ini:
Keluhan
utama: sesak nafas, batuk, nyeri dada, produksi sputum, panjang pendeknya
nafas.
Riwayat
sakit saat ini: onset, durasi, lokasi, frekuensi, terapi, kualitas.
@
Pengajian psikososial:
Koping
dan stress
Support
system
Perubahan
peran, hubungan interpersonal dan sosial ekonomi
Perilaku
maladaptif
Reaksi
keluarga terhadap terapi dan perawatan
@ Pemeriksaan
fisik:
- Mata: konjungtiva pucat (karena anemia), sianosis (karena hipoksia), atau terdapat petechia (karena emboli lemak).
- Kulit: sianosis perifer, sianosis umum, penurunan turgor, edema, dan edema preorbital.
- Jari dan kuku: sianosis atau clubbing finger.
- Mulut dan bibir: membran mukosa sianosis, bernafas dengan menggunakan mulut.
- Hidung: pernafasan dengan cuping hidung.
- Dada: ada atau tidak adanya retraksi otot bantu pernafasan, pergerakan dada tidak simetris, suara nafas normal (vesikuler, bronkhial), suara nafas abnormal, dan bunyi perkusi (resonan, hipersonan, dullness).
- Pola nafas : normal, cepat (tacypnea) atau lambat (bradypnea).
@ Pemeriksaan
penunjang
- Tes untuk mengukur ventilasi dan oksigenasi: tes fungsi paru-paru dengan spirometri, oksimetri, dan pemeriksaan darah lengkap.
- Melihat struktur sistem pernafasan: X-Ray thoraks, bronkhoskopi, CT Scan paru.
- Menentukan sel abnormal/infeksi sistem pernafasan: kultur apus tenggorokan, sitologi atau pemeriksaan spesimen sputum.
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa
diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi antara lain:
1.
Tidak efektifnya pola nafas b.d. distensi dinding dada,
kelelahan
2.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. spasme jalan
nafas.
3.
Gangguan pertukaran gas b.d. retensi CO2
III.
RENCANA KEPERAWATAN
1.
Tidak efektifnya pola nafas b.d. distensi
dinding dada, kelelahan
NOC: Status respirasi ventilasi, dengan kriteria hasil klien:
ü
Memiliki RR dalam batas normal
ü
Mampu inspirasi dalam
ü
Memiliki dada yang mengembang secara simetris
ü
Dapat bernafas dengan mudah
ü
Tidak menggunakan otot-otot tambahan dalam
bernafas
ü
Tidak mengalami dispnea
ü
Tidak mengalami ortopnea
NIC: Monitor Pernafasan
ü
Monitor rata-rata, irama, kedalaman dan usaha
respirasi
ü
Perhatikan pergerakan dada, amati kesemetrisan,
penggunaan oto-otot aksesoris, dan retraksi otot supraklavikuler dan
interkostal
ü
Monitor respirasi yang berbunyi, seperti mendengkur
ü
Monitor pola pernafasan: bradipneu, takipneu,
hiperventilasi, respirasi Kussmaul, respirasi Cheyne-Stokes, dan apneustik Biot
dan pola taxic
ü
Perhatikan lokasi trakea
ü
Auskultasi bunyi nafas, perhatikan area
penurunan/tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi nafas tambahan
ü
Monitor peningkatan ketidakmampuan istirahat,
kecemasan, dan haus udara, perhatikan perubahan pada SaO2, SvO2,
CO2 akhir-tidal, dan nilai gas darah arteri (AGD), dengan tepat
NIC:Terapi Oksigen
ü Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
ü Pertahankan
jalan nafas yang paten
ü Atur
peralatan oksigenasi
ü Monitor
aliran oksigen
ü Pertahankan
posisi pasien
ü Onservasi
adanya tanda tanda hipoventilasi
ü Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi
2.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. spasme
jalan nafas.
NOC: Kepatenan jalan nafas, dengan kriteria hasil klien:
ü
Tidak mengalami demam
ü
Tidak mengalami kecemasan
ü
Tidak tersedak
ü
Memiliki RR dalam batas normal
ü
Memiliki irama pernafasan yang normal
ü
Mampu mengeluarkan sputum dari jalan nafas
ü
Bebas dari suara nafas tambahan
NIC: Saksion Jalan Nafas
ü
Tentukan kebutuhan saksion oral dan atau trakeal
ü
Auskultasi suara nafas sesudah dan sebelum
melakukan saksion
ü
Informasikan kepada klien dan keluarga tentang
saksion
ü
Gunakan perlindungan universal
ü
Pasang nasal kanul selama dilakukan saksion
ü
Monitor status oksigen pasien (tingkat SaO2
dan SvO2) dan status hemodinamik (tingkat MAP [mean arterial
pressure] dan irama jantung) segera sebelum, selama dan setelah saksion
ü
Perhatikan tipe dan jumlah sekresi yang
dikumpulkan
3.
Gangguan pertukaran gas b.d. retensi CO2
NOC: Status respirasi pertukaran gas, dengan kriteria hasil klien:
ü
Memiliki mental status yang normal
ü
Dapat bernafas dengan mudah
ü
Tidak mengalami dispnea
ü
Tidak mengalami sianosis
ü
Tidak mengalami somnolen
ü
Memiliki PaO2 dan PaCO2
dalam batas normal
ü
Memiliki pH arteri dalam batas normal
ü
Memiliki saturasi O2 dalam batas
normal
ü
Memiliki perfusi ventilasi yang seimbang
NIC: Manajemen jalan nafas
ü
Posisikan klien untuk memaksimalkan potensi
ventilasinya.
ü
Identifikasi kebutuhan klien akan insersi jalan
nafas baik aktual maupun potensial.
ü
Lakukan terapi fisik dada
ü Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
ü
Auskultasi suara nafas, tandai area penurunan
atau hilangnya ventilasi dan adanya bunyi tambahan
ü
Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sesuai
kebutuhan
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, Asril. 1990. Tuberkulosis Paru. Dalam:
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Editor: Soeparman, dkk. Jakarta: Balai Penerbit
FK UI.
Kozier, Barbara, Glenora Erb, Kathleen Blais, Judith
Wilkinson. 1995. Fundamentals of Nursing: Concepts, Process and
Practice 4th Edition. Canada: Addison-Wesley Publishing Company.
Taylor C., Lilis C., Le Mone P. 1997. Fundamentals
of Nursing: The Art and Science of Nursing Care. Philadelphia: Lippincott-Raven
Publishers.
No comments:
Post a Comment